Minggu, 06 Februari 2011

Peluang Budidaya Kelinci

Antara Si Bodoh dan Si Cerdas

Orang bodoh akan bilang, kelinci tidak layak digarap karena belum jelas pasar penjualannya. Sedangkan orang cerdas akan berkata “inilah lahan usaha baru yang menantang karena belum banyak orang menggarapnya sehingga kita tidak perlu repot bersaing dengan kompetitor.” Orang yang tak mau maju bilang, pasar kelinci sangat sulit. Karena itu kita tidak layak ternak dalam jumlah banyak. Orang yang berpikir maju berkata, pasar kelinci justru mudah karena bisa dijual di kandang,

tak perlu repot-repot membuka pasar. Lebih cerdas lagi kalau mau mengolah hasil panen untuk dendeng kelinci, bakso, sate, abon, atau kerupuk kulit kelinci. Pemasaran bisa dilakukan secara konvensional dengan menawarkan barang unik berkualitas tiada tanding. Harga jual mahal pun tidak masalah karena daging kelinci adalah daging ekseklusif.

Orang pesimistis bilang, masyarakat kita tidak suka daging kelinci. Orang optimistis berkata, “kelinci mimiliki daging paling berkualitas di antara hewan lain sehingga layak dijadikan konsumsi protein hewani. Adapun masalah psikologis seperti kurang nyaman memakan daging kelinci bisa disiasati dengan pengemasan yang baik agar pembeli tidak teringat oleh kelucuan kelinci.” Kandungan gizi yang baik akan menjadi isu promosi yang mendrongkrak penjualan karena akhir-akhir ini banyak daging hewan tidak sehat di pasar. Orang pengecut bilang, takut beternak kelinci karena kelinci gampang mati. Orang cerdas dan berani bilang, resiko kematian menimpa setiap makhluk hidup. Masalah kelinci mati ada sebabnya, dan sebuah tantangan yang biasa bagi kita untuk mengatasinya. Hal ini sudah dibuktikan oleh banyak peternak yang sukses. Orang bodoh bilang, ternak kelinci membutuhkan banyak modal, antara lain kandang rumah, kandang baterai, peralatan dan obat-obatan sehingga akan menguras penghasilan. Orang cerdas berkata, tidak ada ternak yang tidak memakai modal. Modal besar sekalipun tidak masalah karena akan mendapatkan penghasilan yang lebih besar.

Orang cerdas akan mengambil peluang ternak atau bisnis kelinci sebagai potensi. Dengan inilah ia pasti serius menggali pengetahuan secara mendalam sehingga ia tidak salah melangkah. Apa langkah-langkah yang mesti dilakukan oleh orang cerdas dalam beternak?

Pertama, mengetahui secara luas dan mendalam tentang seluk-beluk kelinci. Dunia perkelincian tidak bisa dikenali cukup dengan satu dua bacaan, apalagi sekedar infomasi lewat telpon/sms seperti kebanyakan orang. Kita jangan sok praktis dengan bertanya sekali dua kali atau hanya melihat satu dua peternakan lantas berkata, “aku bisa menjalankan usaha.” Sikap sok tahu ini sebenarnya milik orang bodoh. Akan lebih baik jika mula-mula sebelum banyak bertanya kepada orang kita membaca buku kelinci secara lengkap, termasuk buku yang membicarakan bisnis dan pemasarannya. Kenapa demikian? sebab setiap orang pasti akan bertanya, kemana menjualnya? harganya berapa? dan seterusnya. Kebanyakan orang kita masih awam dalam hal ini. Supaya cerdas dan memperoleh ilmu secara cepat sebaiknya membaca buku panduan terlebih dulu. Ini lebih efektif dan murah dibanding banyak bertanya lewat telpon maupun datang jauh-jauh ke peternak. Orang bodoh bilang, harga buku mahal, dan karena itu lebih suka menghabiskan pula atau plesiran dengan biaya tinggi. Sementara orang pinter bilang, harga buku murah karena dengan beberapa buku ia akan dapatkan ilmu pengetahuan yang luas.

Kedua, setelah membaca buku barulah kemudian studi lapangan datang langsung ke peternak, syukur langsung magang. Dengan bekal pengetahuan teori dari buku, kita akan bisa membenturkan antara teori dengan praktik. Harus disadari pula bahwa pengetahuan yang baik selalu memakai pendekatan antara teori dan praktik secara bersamaan. Buku memang tidak menjamin pengetahuan praktis sebab buku hanya memberikan pedoman. Ini kebanyakan buku-buku di Indonesia yang memang tipis-tipis. Karena itu tidak ada salahnya membeli buku dalam jumlah beberapa jenis sebagai studi perbandingan. Dari situlah nanti kita akan dibuat bingung karena perbedaan. tetapi percayalah ini hanyalah fase awal. Fase kedua adalah praktik dan konsultasi pada peternak handal yang bisa menjelaskan secara ilmiah. Jangan asal percaya kepada rumus yang tidak ilmiah. Tanyalah alasan-alasannya secara logis. Sama seperti pada buku, materi di dalamnya mesti kita uji apakah masuk akal atau tidak. Misalnya dalam hal kelinci boleh minum atau tidak. Apakah masuk akal makhluk hidup tidak boleh diberi air minum? Dalam hal etika juga berlaku begitu. Apakah etis jika sebuah buku untuk orang Indonesia memperbolehkan pemotongan kelinci dengan cara memukul kepala atau memelintir leher? Kita orang timur, mestinya memakai budaya yang sesuai masyarakat kita. Akhirul kalam, buku juga harus kita kritisi.

Ketiga, teruslah belajar dan bekerja dengan giat. Tidak ada usaha tanpa resiko dan tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras. Bukan hanya di peternakan kelinci, melainkan di sektor usaha manapun. Semua harus diusahakan secara sungguh-sungguh agar potensi usaha yang baik tidak terbengkelai. (muzaki ahmad, peternak kelinci Probolinggo)

Peluang Usaha Menguntungkan, Ternak Kelinci
Sebagian besar pengangguran di Indonesia adalah warga pedesaan. Masyarakat desa banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Karena itulah, sangat penting untuk membuka lapangan pekerjaan baru di pedesaan.

Di antara alasan mengapa memilih beternak kelinci adalah sebagai berikut :
  1. Pemeliharaan dan perawatannya mudah
  2. Tidak membutuhkan lahan yang luas
  3. Biaya produksi relatif murah sehingga tidak membutuhkan modal besar
  4. Ternak penghasil daging berkualitas dengan kadar lemak rendah
  5. Ketersediaan pakan yang melimpah, karena mampu memanfaatkan pakan dari sisa dapur dan hasil sampingan produk pertanian
  6. Termasuk ternak yang prolific, yaitu ternak yang mampu beranak banyak per kelahiran
  7. Hasil sampingannya pun masih bisa dimanfaatkan
Beternak kelinci merupakan usaha yang menguntungkan karena dapat dimulai dengan investasi awal yang rendah. Ada dua jenis kelinci yang dapat dibudidayakan secara komersial, yaitu kelinci anggora (kelinci untuk diambil wol dan bulunya) dan chinchilla (kelinci pedaging). Kelinci anggora dipelihara di kawasan bersuhu rendah yakni pada kisaran 25 derajat celcius. Sedang jenis chinchilla adalah varietas kelinci untuk diambil dagingnya. Daging kelinci memiliki kandungan gizi yang baik dan kadar kolesterol yang sangat rendah sehingga baik untuk kesehatan. Kelinci jenis ini dapat dipelihara di tempat-tempat dengan suhu 35 derajat celcius.

Kelinci adalah hewan yang cepat berkembang biak. Anda perlu menyediakan pakan hijau, rumput jerami, sayuran sisa dapur, dan tambahan 15 persennya adalah pelet padat. Kebutuhan pakan satu ekor kelinci adalah 3,7–4% dari berat badan kelinci.

Kelinci ditempatkan dalam kandang rak tingkat 2–3. Kandang kelinci tidak boleh memiliki tepi yang tajam, karena akan membuat kelinci terluka. Peternakan sebaiknya dibangun di lokasi yang jauh dari keramaian, misalnya di daerah pedesaan yang bebas polusi udara dan kebisingan. Kelinci juga harus dilindungi dari para predator seperti anjing, kucing, dan lain-lain.

Tips-tips beternak kelinci:
  • Rawatlah kelinci dengan kelembutan.
  • Bersihkan wadah pakan dan air minumnya secara rutin.
  • Sediakan air yang cukup.
  • Perkawinan harus dilakukan pada pagi hari, dengan cara betinanya dibawa ke kandang kelinci jantan.
  • Periksa perut betinanya setelah 15 hari. Lakukan dengan cara menekan perutnya perlahan.
  • Usahakan agar suhu kandang kelinci senantiasa sejuk.
Berikut beberapa hal yang harus mendapat perhatian sebelum anda memulai beternak kelinci :

Pemilihan lokasi
Pemilihan lokasi ternak kelinci banyak dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya :
  • Lokasi sebaiknya dekat dengan sumber pakan (areal tanaman sayur, pasar sayur, atau pasar–pasar secara umum)
  • Lokasi dekat dengan daerah pemasaran. Namun hal ini tidak berlaku bagi peternak yang sudah punya komunitas atau paguyuban
  • Temperatur atau suhu ideal antara 15-25C
  • Sebisa mungkin diusahakan lokasi kandang dekat dengan aliran sungai dan jauh dari permukiman penduduk
  • Lokasi aman dari binatang buas atau pencuri
Memilih bibit
Kriteria berikut bisa dijadikan pedoman untuk memilih bibit kelinci:
  • Induk diketahui tetuanya atau dengan kata lain calon induk mempunyai catatan produksi (jumlah anak perkelahiran, daya tumbuh, dll) dan catatan reproduksi (servis per conception, fertilitas, keadaan alat reproduksi dll)
  • Induk mempunyai putting susu lebih dari 8 buah
  • Tingkah laku tidak nervous dan mempunyai cukup bulu untuk membuat sarang
  • Kondisi fisik yang normal seperti badan sehat, mata bersinar, bulu yang bersih dan tidak kusut, telinga tegak tidak pepleh, dan lain sebagainya
Pakan
Banyak jenis tanaman dan sayuran yang bisa diberikan kepada kelinci. Yang penting adalah makanan tersebut mampu memenuhi kebutuhan nutrisi kelinci yang harapannya adalah ternak tersebut mampu tumbuh dan berkembang dengan baik dan menampilkan catatan produksi yang baik sehingga memberi keuntungan pada kita. Di antara komposisi ransum ternak kelinci yang bisa dipakai acuan adalah pakan terdiri dari konsentrat 50 gram untuk kelinci pertumbuhan dan penggemukan, 70 gram untuk induk bunting, 150-200 gram untuk induk menyusui, sedang rumput diberikan secara ad libitum (tak terbatas).

Reproduksi
Aspek reproduksi memegang peranan penting dalam rangka pertambahan jumlah populasi. Ternak kelinci termasuk salah satu jenis ternak prolific artinya mampu beranak banyak per kelahiran. Ada beberapa kiat agar ternak kelinci mempunyai catatan reproduksi yang baik :
  • Umur pertama kali dikawinkan berkisar antara 5-6 bulan
  • Memilih waktu kawin pagi hari atau sore hari
  • Imbangan sex ratio adalah 1:10, artinya seekor pejantan melayani 10 ekor induk
  • Perkawinan kembali setelah beranak. Apabila yang diharapkan dari ternak kelinci adalah anakan maka induk bisa dikawinkan 7-10 hari setelah beranak. Tapi apabila yang diinginkan nantinya adalah sebagai ternak pengganti (stock replacement) maka sebaiknya induk dikawinkan kembali 40-45 hari setelah beranak atau setelah anak-anak lepas sapih.
Kandang
Berfungsi untuk melindungi kelinci dari pengaruh luar seperti cuaca buruk, binatang buas dan pencuri. Ternak kelinci bisa dipelihara secara koloni dan individual. Namun menurut pengalaman dan pengamatan bahwa kelinci-kelinci yang dikandangkan akan lebih mudah pengawasan, dan penanganannya. Memang tidak ada standar baku dalam membuat kandang kelinci. Intinya adalah kelinci tersebut merasa nyaman tinggal didalamnya sehingga akan menampilkan produksi terbaiknya. Tapi perlu diingat pula tentang biaya pembuatannya, jangan sampai modal nanti habis hanya untuk membuat kandang. Tetapi tidak salah kalau anda mencoba ukuran yang sering digunakan orang yaitu dengan ukuran PxLxT = 90×60x60 cm. apabila dalam sarang tersebut akan diletakkan sarang maka ukuran sarang berkisar PxLxT = 40×30x30cm. (fn/cp/st)

Sumber: www.suaramedia.com

Peluang Investasi Orang Kota, Peluang Usaha Orang Desa
Banyak peluang usaha yang berserakan di sekitar kita. Cerita tentang limbah jadi harta melimpah sudah banyak kita dengar. Tetapi dari sekian banyak potensi itu tulisan ini akan bicara tentang potensi luar biasa dari kelinci. Jangan dibayangkan kelinci yang dimaksud adalah kelinci kampung yang kurus-kurus dan hidup dipelihara petani secara tradisional, melainkan kelinci jenis impor yang memiliki beragam jenis tubuh; mulai yang kerdil (berbobot 7 ons) hingga kelinci jumbo (berbobot 6-8 Kg).

Populasi kelinci dalam setiap dua bulan sekali kelahiran mampu menghasilkan 6-8 ekor. Kelinci umur 1 bulan menghasilkan 1 kg daging berkualitas dibanding daging hewan lain. Daging kelinci memiliki kandungan proteinnya tinggi (25 persen), rendah lemak (4 persen), dan kadar kolesterol daging juga rendah yaitu 1,39 g/kg. Kandungan lemak kelinci hanya 8 persen, sedangkan daging ayam, sapi, domba, dan babi masing-masing 12 persen, 24 persen, 14 persen, dan 21 persen. Kadar kolesterolnya sekitar 164 mg/100 gram daging, sedangkan ayam, sapi, domba, dan babi berkisar 220—250 mg/100 gram daging.

Maka, dengan cukup memelihara dua ekor kelinci betina dan satu ekor kelinci pejantan, sebuah keluarga dengan 5 penghuni sudah lebih cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar gizi. Karena itulah tak heran jika kelinci bisa menjadi solusi untuk melawan gizi buruk bangsa Indonesia.

Potensi daging kelinci dengan harga Rp20.000 per Kg adalah harga ideal. Dengan harga itu kelinci meninggalkan penghasilan jauh dari ternak hewan lain, seperti domba dan sapi karena populasinya yang cepat (2 bulan sekali beranak) dan biaya pakan rendah serta ramah lingkungan. Kalau hendak menegak untung luar biasa hingga mencapai 4 kali lipat dari penghasil pedaging, kita bisa beternak kelinci untuk tujuan hias -hanya saja- memiliki risiko instabilitas pada pemasaran.

Di luar tubuhnya kelinci memiliki sejumlah aset luar biasa, pada bulu dan kotoran (pupuk organik) yang sangat berkualitas untuk menyuburkan tanaman, terutama tanaman sayuran, buah dan tanaman hias.

Marketing dan Investasi
Marketing kelinci tergolong unik karena tantangannya bukanlah persaingan, melainkan pembukaan pasar. Pasar kelinci tidak sulit. Pasar bisa dibuka di mana saja, dengan mudah dan murah.

Memang tidak semua orang bisa melakukan ternak kelinci. Solusinya adalah investasi bagi hasil kepada peternak handal. Investasi kelinci bisa dilakukan dengan modal kecil dan besar. Atau jika hendak memakai paradigma pemberdayaan, para investor atau aktivis LSM hanya dengan modal Rp700.000, ternak kelinci bisa dijadikan sarana untuk peningkatan gizi dan pendapatan ekonomi kaum tani. Seandainya kita hendak mengembangkan secara massal, bisa dilakukan kepada para petani di desa. Ini adalah peluang bisnis sekaligus investasi sosial bagi orang kota untuk memajukan perekonomian petani, terutama kaum santri yang memiliki sarana pendukung.

Kandang kelinci bisa dibuat sendiri dari bahan setempat atau barang-barang sisa. Ukuran kandang untuk masing-masing bibit kelinci cukup 70 X 100 cm. Untuk tiap kelompok anak kelinci dari induk cukup 70 X 70  cm.  Jelaslah di sini, pekarangan yang diperlukan tidaklah besar.

Kalau sudah demikian potensial mengapa belum banyak yang ternak kelinci?

Ini adalah jawaban, bahwa masyarakat kita sudah jauh dari "ideologi" beternak maupun bertani. Kebanyakan orang sudah bosan menyandang predikat petani/peternak. Kedua, tidak memiliki lahan dan sarana pendukung, seperti pasokan rumput, pengelolaan pakan dan lain sebagainya. Masalah pertama adalah faktor budaya. Ini adalah masalah mentalitas bangsa secara umum di mana kalangan muda kita lebih dengan gaji pragmatis ketimbang menjadi entrepreneur, terutama di bidang peternakan atau pertanian.

Kedua, hanya soal teknis. Sangat bisa diatasi dengan mengenal seluk-beluk ternak kelinci secara mendalam.

Membuka mata lebar-lebar atas setiap potensi adalah cara terbaik bagi kita dan orang-orang di sekitar kita untuk meraih kemajuan.

Sumber: Makmun Yusuf. Peminat Buku-Buku Kajian Bisnis dan Marketing, tinggal di Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penyakit yang umumnya Menyerang Kelinci

Penyakit kelinci seperti penyakit pada makhluk hidup lainnya tentu ada banyak sekali. Tetapi ada beberapa penyakit yang sering muncul dan...